FAKTOR EKONOMI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
Di dalam
kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai
salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan
ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor
lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain;
faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor
tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap
perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan
ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi.
Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan
kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi
terkadang pula memperlambat
Baik ekonomi
maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang mapan.
Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi
sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi
kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses
produksi, konsumsi dan pertukaran.
Sosiologi
ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan
melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa
yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus
analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks
non-ekonomis.
PEMBAHASAN
Ø
KONSEP KETERLEKATAN
Konsep
keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan
melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para
aktor. Adapun yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu
rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara
individu-individu atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan
hubungan sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau
hubungan sosial yang sama di antara individu – individu atau kelompok –
kelompok” (Granovetter dan Swedberg, 1992 : 9)
Ø
KETERLEKATAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT MODERN
Menurut Polanyi dan kawan-kawan (1957) ekonomi dalam
masyarakat pra industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik dan
agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami
tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra
industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Mekanisme pasar tidak
dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi, oleh karena itu permiantaan dan
penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau
otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan
harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa
tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat,
Polanyi mengajukan tiga proses ekonomi, yaitu resiprositas, redistribusi dan
pertukaran. Resiprositas menujuk pada gerakan di antara kelompok simetris yang
saling berhubungan. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara
individu-individu sering dilakukan. Misalnya dalam masyarakat
Minangkabau terdapat tuntunan adat tentang resiprositas yaitu kabar baik
dihimbaukan, kabar jelek dihimbaukan. Maksudnya, jika ada berita yang
menggembirakan (baik) seperti memanen padi maka petani pemilik sawah harus
memberitahu kepada kerabat – kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi
sebelumnya, jika dia ingin dibantu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat –
kerabatnya juga melakukan hal yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen
padi di sawah.
Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang
bergerak ke arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini
terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya
pada kerajaan – kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk
mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan
keamanan maupun “berkah” dari pusat (raja). Acara sekatenan yang diadakan
sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Sedangkan pertukaran merupakan proses ekonomi yang
berlangsung antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan
aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan
mekanisme pasar ditentukan oleh pasar melalui permintaan dan penawaran.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra
inidustri dan ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat
dirangkum dalam table 1.
Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
|
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ekonomi dan Komunitas
|
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang
terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat
dalam komu nitas politik yang terpusat
|
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui
institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
|
Ekonomi dan Pemerintahan
|
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan
suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat
politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol
geo- politik
|
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan
melalui integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan
pasar dari dominasi politik
|
Ekonomi dan Rumah Tangga
|
Resiprositas-ekonomi maupun rumah
tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga
melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
|
Pasar-ekonomi tidak melekat pada
rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.
|
Ø
Jaringan Sosial dalam Perilaku Ekonomi
Granovetter telah menegaskan bahwa keterlekatan
perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial
yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Bagi sosiolog, studi tentang jaringan
sosial dihubungkan dnegan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya
dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh
sesuatu yang dikerjakan mauoun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan
makna pada kehidupan sosial.
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan
Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan
perspektif atau studi kasus. Pendekatan terhadap jaringan sosial menekankan
analisis abstrak pada :
a. Pola
informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran
yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.
b. Jaringan
juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini
berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normative dan
budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak, profesi dan
sumber-sumber legitimasi.
c. Sebagai
suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini
terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang
terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama)
yang dapta mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
Pendekatan perspektif memandang jaringan sosial
sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan
diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang
menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu sistem yang padu.
Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan antar-disipliner.
Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan
ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika
bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan perspektif didasarakn
atas kerangka kerja konseptual dari :
a) Keterlekatan, resiprositas dan
koneksi. Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan
tertentu yang melekat dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat
sebagai suatu keseluruhan.
b) Pemakaian bahasa dan model
tindakan. Menurut Burt (1992) keuntungan informasional dari sosial
merupakanakses, pengaturan tempo, dan penterahan. Kedua pendekatan tersebut
sama menganggap penting kepercayaan (trust) bagi resiprositas dalam
jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif
mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut
tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial
secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu
sedikit memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur
(ukuran) dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial,
terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu
jaringan informal terhadap akses dan kesempatan; jaringan formal dari pengaruh
dan kekuasaan; organisasi sebagai jaringan perjanjian; serta jaringan sosial
dalam produksi.
1. Jaringan
informal dari akses dan kesempatan
Pada
bidang ini penelitian difokuskan pada penggunaan jaringan sosial dalam
pekerjaan, mobilisasi dan difusi. Jaringan sosial memainkan peranan penting dalam
pasar tenaga kerja. Lemah dan kuatnya ikatan suatu jaringan sosial menentukan
perolehan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan Granovetter (1974)
memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan memudahkan seseorang untuk
mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Jaringan kuat didefinisikan sebagai
teman akrab atau keluarga, sedangkan ikatan lemah adalah sebagai suatu
perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa.
Jaringan
sosial juga memainkan peranan penting dalam berimigrasi dan kewiraswastaan
imigran. Jaringan ini bersatu dalam ikatan kekerabatan, persahabatan, dan
komunitas asal yang sama. sekali jaringan ada si suatu tempat, ia akan
menciptakan arus migrasi yang berkesinambungan (Powell dan Smith-Doer 1994 :
374)kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi pada komunitas migran dimudahkan
oleh jaringan dari ikatan dalam saling tolong menolong, sirkulasi modal dan
bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.
Jaringan
sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Perluasan ikatan dan hubungan serta
ikatan dalam lokasi strategis adalah hal utama. Dua bidang penting dalam
penelitian ini adalah pertukaran informasi informal dan mobilisasi sumber daya.
Jaringan komunikasi memainkan peran penting dalam penyebaran model,struktur,
praktek dan budaya bisnis. Tiga cara untuk transmisi ide dan pengetahuan yaitu
melalui jaringan profesi atau jaringan perdagangan melalui pola hubungan antar
organisasi yang mana perusahaan dan individu terlibat dan melalui tindakan
seorang yang berwibawa. Bagi kebanyakan perusahaan dan institusi, mereka
belajar melalui peniruan dan penyontekan dan ini merupakan cara yang efektif
unttuk menghemat biaya.
2. Jaringan
Formal pengaruh dan kekuasaan
Kubu
pemikiran ini mempercayai bahwa kekuasaan melekat pada secara situasional, ia
bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial (Powell dan Smith,
1994:376). Sementara itu kekuasaan disini didefinisikan sebagai otoritas
formal, pengaruh informal, dan dominasi. Dalam memahami jaringan sosial dalam
kekuasaan dapat didekati dengan 3 perspektif, yaitu pertukaran sosial,
ketergantungan sumber daya dan kelas sosial.
Perspektif
pertukaran sosial meyakini bahwa meskipun individu silih berganti datang dan
pergi di atas tumpuk kekuasaan, namun distribusi kekuasaan dalam posisi tetap
sama.
3. Organisasi sebagai jaringan
sosial dari perjanjian
Analisis
jaringan organisasi didasarkan atas organisasi formal dan informal. Menurut
Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang direncanakan dan disetujuai
atasnya, sedangkan informal berarti ikatan yang spontan, fleksibel, diantara
anggota-anggota yang dituntun dengan perasaan dan kepentingan pribadi yang
tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal.
Melalui
jaringan organisasi dan sebagai bagian dari proses reorganisasi yang lebih
luas, secara vertikal organisasi yang terintegrasi merampingkan hierarki
perusahaan. Jaringan memberikan suatu cara bagi perusahaan besar untuk
mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian dan hambatan pasar.
Desentralisai produksi tidak memerlukan suatu desentralisasi kekuasaan.
Sebagai
logika ganda dari jaringan sosial, organisasi terlibat dalam suatu percampuran
yang rumit dari kerjasama, kompetisi dan kekuasaan dari perusahaan ke dalam
jaringan yang kompleks dari perjanjian. Jaringan organisasi dalam kolaborasi
akan meningkatkan belajar dari pengalaman. Kegiatan kolaboratif tampak lebih
bebas dan kaya melalui jaringan komunikasi sedangkan pertukaran saluran
informasi menciptakan persekutuan saingan jaringan paralel dalam suatu bentuk
kompetisi baru yang gilirannya menjamin posisi baru, reputasi dan penciptaan
identitas baru.
4. Jaringan sosial dari produksi
Seperti
jaringan yang lain, jaringan sosial dari produksi memandang penting arti suatu
kepercayaan (trust). Powell dan Smith-Doer (1994) mengajukan 4 jaringan
produksio secara bersama, yaitu regional, penelitian dan pengembangan, kelompok
bisnis, aliansi strategis dan produksi bersama.
Tipe
regional merupakan jaringan sosial dari produksi yang berdasarkan atas lokasi.
Tipe
penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial dari produksi yang
berlandaskan atas kerjasama ilmiah. Tipe ini digerakkan oleh inovasi dan
belajar tentang ide baru. Sedangkan basis kepercayaan diletakkan pada komunitas
ilmiah, intelektual, dan teknologi.
Tipe
kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi yang horizontal dan
relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang lebih hierarkis
dengan landasan otoritas dan kebijakan.
Aliansi
strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat
formal karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerjasama dengan jangka
waktu yang relatif pendek. Ciri-ciri dari tipe ini yaitu anggota terdiri dari
kelompok bisnis yang berbeda, mempunyai landasan normatif bersama, dan
kerabat-kerabat kerja merasa sedang mengikuti suatu perangkat aturan umum. Oleh
karena itu mooniyoring cenderung lebih terstruktur secara formal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di dalam memahami aspek kehidupan
ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor
lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain;
faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
fokus
analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks
non-ekonomis.
B. SARAN
Maka di dalam kehidupan kita tidak terlepas dri adanya factor ekonomi jadi
kita harus dapat menyesuaikan factor-faktor yang terjalin dengan kehidupan kita
sehari-hari supaya dapat menyeimbangkan kan fakto-faktor yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar